Terima Kasih dari Hati Terdalam

Terima kasih‘, kata yang sederhana, tapi bila diucapkan di suasana tertentu dengan tekanan intonasi tertentu juga, akan menimbulkan kesan berbeda.  

Seorang ibu dengan senyum manis, sembari mencium pipi anaknya berkata, “Terima kasih sayang, sudah membantu ibu menata mainanmu.” Sang anak ikut senang dan berjingkrak-jingkrak bisa membantu ibunya, walaupun hanya meletakkan satu dua mainannya ke dalam kotak.

Seorang anak yang menerima sesuatu dari orang lain selain ayah dan ibunya, pasti diingatkan untuk mengucapkan ‘terima kasih’, pada si pemberi. Sedari kecil kita diajarkan untuk menghargai perhatian dari orang lain.

Kaum dhuafa atau mereka yang perlu dibantu secara moral maupun materi, terlihat penuh keharuan saat mengutarakan rasa terima kasihnya. 

Ada pula yang mungkin masih menganggap ucapan ini hanya retorika belaka, pemanis keadaan, diucapkan datar tanpa ekspresi tulus. Bisa saja ada yang merasa berat bila harus mengutarakan kata ini pada seseorang yang dianggapnya tidak setara. 

Beberapa negara pun memiliki cara khas dalam menyampaikan rasa ‘terima kasih’, antara lain Negara Jepang. Tradisi mereka saat menyampaikan ucapan terima kasih disertai dengan gerakan membungkukan badannya. 

Ucapan ini singkat, tapi mewakili rasa yang ada di hati terhadap sesama insan manusia, sesama mahluk Tuhan. Lalu bagaimana ungkapan ‘terima kasih’ pada Sang Pemilik Hidup. 

Rasa syukur yang selalu kita panjatkan adalah salah satu bentuknya. Saat kondisi senang maupun susah, kita harus tetap bersyukur dan mengingatNya.

Semoga kita dijauhkan dari hal yang riya’ dan jangan hanya kembali ingat padaNya saat musibah datang. 

*Terima kasih ya Allah, atas nikmat hidup penuh karunia ini, baik suka maupun duka. 

*Terima kasih kepada teman-teman yang terus memberi semangat kepada saya untuk terus menulis, menulis, dan menulis.

wisataliterasi/hadiyatitriono

0Shares

Tinggalkan Balasan