Sepertiga Malam
Kala langit bertabur bintang, tapi kesunyian menyelimuti malam.
Netra enggan terbuka.
Raga tenggelam dalam kehangatan selubung
Namun kalbu berontak
Beranjak melawan dingin angin malam
Di pintu samping pelataran rumah Sumur tua terlihat begitu tenang
Derit putaran timba memecah kesunyian
Kuangkat air dari dalamnya.
Ces … Air terasa sedingin es menerpa wajah
Netra lelahku segar terbelalak.
Kubasahi telapak tangan lalu berkumur Aku berwudhu
Ringan terasa seluruh badan
Derit timba meningkahi dersik melintas dikuduk
Malam ini ku ingin menemui yang teristimewa, yang selalu mengisi relung rindu
Di kala sedih ataupun senang.
Sedikit tersenyum di depan kaca
Memantaskan diri dengan setetes wewangian.
Hamba datang dengan segudang dosa, setumpuk khilaf.
Menyungkurkan kaki, mencium permadani tipis.
Menumpahkan bulir-bulir bening kerinduan.
Memohon kemurahan-Mu untuk sejumput ampunan.
Mengiba kebesaran-Mu dengan harapan menjadi suci kembali.
Aku hanya butiran debu
Berterbangan tiada arah
Mengotori setiap jengkal yang terlewat
Seiring hembusan angin.
Aku hanyalah setitik noda
Menempel di selembar kain putih Merusak sebuah kesucian
Aku hanyalah seorang papa
Tinggal sementara tanpa tahta berlian
Apalah daya ku tanpa kebesaranMu
Maafkan atas segala kefakiran ini Rabbi
Hamba-Mu datang dengan seribu permintaan
Namun ditemani sedikit rasa syukur
Ketika puncak telah terlampaui
hanya satu yang tertinggal
Sepertiga malam bersama-Mu
Dalam elusan dan nikmat kasih-Mu
wisataliterasi/heni ajah