Semangat Mama juga Semangatku

Anak paling tampan dari Mama dan Papa itu aku. Hmm, itu juga karena aku tak memiliki kakak dan adik. Berada di rumah sebagai pangeran kecil dengan limpahan cinta. Ada eyang juga bersama keluarga kecilku.

Bila orang tuaku sibuk, eyang yang menemani. Namun mama juga tak pernah lama jauh dariku. Sulit bagiku untuk bisa melakukan sesuatu sendiri. Ya, aku si ganteng yang bisa membuat orang lain sibuk untukku.

Ada keterbatasan pada diri ini, tapi semua terjadi bukan salah mama dan papa. Allah menitipkan amanat yang cukup berat pada mereka, yaitu aku. Namun seumur hidupku tak pernah melihat mama dan papa berpaling dariku. Kala aku lapar, ingin mandi atau menonton televisi, mama segera tanggap. 

Selalu mama pilihkan makanan yang enak dan sehat, agar aku terjaga kesehatannya. Kalau aku sakit, perawatannya lebih sulit dari anak normal, jadi lebih baik mencegah daripada mengobati.

Seperti anak-anak lainnya, aku juga punya acara televisi favorit. Cerita kartun, animasi, aku suka. Acaranya lainnya harus cerita yang jauh dari dialog dengan intonasi tinggi atau menangis. Aku tak suka itu. Selain itu kalau saluran televisi kesukaanku diganti, tubuh ini akan melonjak-lonjak tanda marah dan minta dikembalikan.

Saat jenuh menonton tivi, eyang akan menyanyikan lagu kanak-kanak yang iramanya ceria. Satu lagu kesukaanku itu menceritakan tentang kasih sayang orang tua pada anaknya. Seperti ini sebagian syairnya, “Bila kuingat lelah ayah bunda, bunda piara-piara akan daku, sehingga aku besarlah.” Eyang akan tersenyum dan tertawa melihat cucunya ikut menggerakkan bibirnya, walau bukan suara yang membentuk suatu kalimat.

Aku senang diusap kepalanya dan akan tertawa bahagia bila ada yang datang bersilaturahmi. Pakde, bude, om, tante dan saudara sepupu yang datang, akan mendekatiku. “Apa kabar Dedek.”  Duh senang sekali mendengarnya. Sayangnya mereka tidak bisa berlama-lama menemaniku, karena aku bukan teman ngobrol yang baik.

Hingga kini mama masih terus berupaya untuk membuatku lebih baik. Mampu mengucap kata ‘mama’ dan ‘papa’ dengan lebih jelas dan bisa lepas dari kursi roda yang selalu dipakai untuk jalan. Mama dan eyang adalah penyemangat terbesar. Seharusnya papa juga, tapi beliau telah dibawa Allah ke surga. Semoga Allah turunkan rahmat-Nya.

wisataliterasi/hadiyatitriono

0Shares

Tinggalkan Balasan