Ketika Putus Harapan

Melaksanakan anjuran pemerintah dalam mengurangi penyebaran virus Corona Covid-19 semestinya sudah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Anggaplah semua orang mematuhinya.

Meskipun demikian, sebagian besar pasti pusing dengan kondisi sekarang ini. Hidup harus terus berjalan. Kebutuhan hidup ya tetap harus dipenuhi. Makan dan kebutuhan lainnya yang mendasar harus ada agar tetap bertahan hidup,

Lalu, yang menjadi masalah itu tentu saja semuanya butuh biaya, perlu dana alias duit. Bukan cuma aku saja yang terpuruk, tetangga, sahabat dan kerabat, orang-orang di luar sana dan sebagainya juga kena imbasnya.

Pandemi ini sudah berjalan sekitar tiga bulan di negara tercinta. Masih banyak orang yang hidup tanpa tabungan, sementara pinjaman juga masih menuntut untuk dibayar.

Otak sudah diputar melebihi kapasitas berpikir, bolak balik mencari celah untuk mengais rezeki dalam keterbatasan ruang dan waktu. Terkadang timbul putus harapan walaupun masih ada asa dalam angan.
Inikah yang dinamakan “hidup segan, mati tak mau” atau “serasa ingin mati tapi hidup masih menanti untuk dijalani”.

Bersyukurlah bila iman masih melekat, agar diri tak terjerumus dalam nista, menempuh jalan pintas untuk berpulang sebelum waktunya. Sungguh, hidup, mati dan rezeki itu ada di tangan Tuhan. Namun berjuang untuk hidup, akan lebih berarti daripada sengaja menjemput kematian dengan sia-sia.

“Ampuni hamba ya Allah, bila terlintas untuk mengakhiri hidup yang penuh derita ini. Engkau telah menyampaikan bahwa di dalam kesulitan pasti ada kemudahan.”

Inshaallah. Ketika hati gundah gulana, hanya pada-Mu, hamba bermunajat.

wisataliterasi/hadiyatitriono

0Shares

Tinggalkan Balasan