Kisah menentang orang tua sendiri, sering kita dengar dan baca di banyak media informasi. Ada anak yang memasang iklan menjual ibunya yang sakit-sakitan, lalu anak lelaki yang tega menyiksa ibunya hanya karena tidak diberi uang untuk membeli rokok. Astaghfirullah.
Mulai dari hal sepele seperti itu, hingga peristiwa yang lebih mengiris hati dilakukan sang anak pada orang tuanya. Satu berita mengabarkan, orang tua harus menyerahkan harta miliknya yang diperebutkan sang anak. Anak-anaknya bahkan memakai jalur hukum untuk memperkarakan orang tua sendiri. Di tempat lain, sang ayah meregang nyawa ditebas anaknya yang marah karena tidak dibelikan sepeda motor.
Peristiwa demi peristiwa yang memilukan itu apakah mereka lakukan di alam sadarnya? Padahal dibeberapa ulasan maupun kajian tentang perbuatan yang dianggap durhaka itu terlihat sebagai hal yang terkadang dilakukan seorang anak yaitu bicara dengan nada tinggi, memandang dengan amarah, menggerutu, tidak melakukan perintahnya yang tidak mengarah pada perbuatan maksiat. Hal yang tampak sepele seperti itu saja sudah memberi julukan kepada anak sebagai anak durhaka. Bagaimana mungkin mereka yang berbuat melampaui batas itu menikmati setiap perlakuannya terhadap orang tua sendiri. Wallahu alam.
Bisa jadi Allah telah memberi peringatan, tapi mereka tidak mengindahkannya hingga tertutup hati mereka untuk berbuat baik terhadap orang tuanya. Durhaka bagi mereka yang melakukannya memberi kenikmatan sendiri, saat terjadi. Mereka tak kan berfikir bagaimana hidup ini berjalan nantinya, sepanjang usia yang Allah berikan.
Tentu, setiap perbuatan akan Allah balas. Balasannya tentu tergantung dengan perbuatan yang telah dilakukan. Waktunya pun tak pernah ada yang tahu, apakah saat perbuatan itu dilakukan, esok hari, seminggu atau sebulan kemudian, bahkan mungkin tahunan, atau nanti saat di akhirat. Sebagai mahluk Allah, tak pernah tahu kapan tibanya.
Hidup selamat dan bahagia sebagai anak sangat tergantung dari ridha orang tua. Bertobat bila melakukan sedikit saja perbuatan yang menyakiti hati orang tua, akan lebih baik dilakukan sesegera mungkin selagi masih hidup, karena umur kita adalah rahasia Allah. Jangan sampai Allah murka atas perbuatan durhaka pada orang tua.
Capailah ridha Allah dalam menjalani kehidupan, dan ridha-Nya bergantung pada ridha orang tua, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Keridhaan Allah bergantung kepada keridhaan orangtua dan kemurkaan-Nya juga bergantung kepada kemurkaan kedua orangtua.”(HR. Tirmidzi).
wisataliterasi/hadiyatitriono