Derita Karena Hemoroid Menahun

Saat usia masih muda, hampir semua jenis makanan mampir ke perut ini. Nggak pandang bulu kecuali yang nggak halal, langsung lahap. Pedas, asam, kandungan gluten tinggi, tanpa serat dari sayuran dan buah, masuk semua dan mengabaikan kandungan gizinya. Semua yang penting enak dan bikin kenyang.

Kondisi kerja juga mendukung untuk munculnya penyakit yang datang saat usia makin merambat. Duduk terlalu lama, karena tuntutan tugas sebagai tenaga pembukuan. Keasyikan bekerja juga mengurangi keinginan untuk bergerak dan minum air putih dengan takaran yang seharusnya dikonsumsi per hari. 

Hari berganti hari, dan semua kondisi itu berlangsung bertahun-tahun. Saat usia memasuki 35-an mulai merasakan ada yang mengganggu. Rasa kebas di tangan yang mungkin disebabkan posisi tangan saat mengetik di keyboard komputer. Mata yang cepat lelah, dan yang paling menyakitkan adalah pendarahan di area tubuh bawah. 

Yah, hemoroid alias ambein atau wasir dalam bahasa awam sangat menyiksa saat kambuh. Awalnya masih dianggap ringan, karena hanya sekali-sekali saja dirasakan. Pemakaian obat bebas yang ada di apotik, masih bisa menahan rasa sakit dan terkadang sembuh.

Namun, ternyata lama kelamaan, penyakit ini makin meluas, hingga diri ini harus kekurangan haemoglobin. Sel darah merah kurang, jauh dari standar yang seharusnya dimiliki perempuan. Obat bebas sudah tak mempan lagi. Kini harus tergolek lemah di ruang rawat inap untuk mendapat pasokan darah.

Pertama kali HB rendah, tubuh ini masih kuat berangkat kerja sendiri dengan sepeda motor, bahkan untuk pergi berobat ke dokter hingga disarankan rawat inap untuk transfusi darah. Kapok! Belum. Sepulang dari rumah sakit, hanya sebentar saja menuruti anjuran dokter, selanjutnya kembali pada kebiasaan semula.

Kali kedua masuk rumah sakit, dokter lebih intensif memeriksa dan lebih keras memberi peringatan. Diagnosa tetap hemoroid, tapi sekarang dengan grade yang lebih tinggi. Kalau semula hanya grade 1, sekarang langsung melejit menjadi grade 4. Shock, tentu saja. Anjuran yang sangat berat diajukan adalah operasi kecil memotong otot yang melebar yang menyebabkan sakit di bagian dubur.

Pemeriksaan lanjutan sebelum prosedur operasi adalah colonoscopy yaitu mendeteksi penyimpangan yang mungkin terjadi daerah usus. Seandainya pemeriksaan ini ditawarkan lagi padaku, jelas akan kutolak, karena sakitnya minta ampun, melebihi dari sesar yang aku jalani saat melahirkan ketiga anakku.

Hasil colonoscopy menunjukkan kondisi usus yang bagus dan tidak ada indikasi penyakit berbahaya seperti kanker. Hanya ada pembengkakan kecil di daerah dubur. Hasil grade 2. Senang aku mendengarnya. Aku takut akan kemungkinan operasi, ternyata dapat ditunda.

Aku mulai memperbaiki pola makan, tapi ternyata prosesnya tidak instan. Umurku makin bertambah, mungkin daya kerja bagian pencernaan sudah tidak bagus lagi. Kejadian transfusi darah terulang lagi hingga dua periode berikutnya. Setiap habis pasokan lima kantong darah, serasa aku terlahir kembali dengan wajah segar tanpa pucat.

Allah selalu memberi kesempatan pada hamba-Nya untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa. Inilah yang kini aku perjuangkan untuk kembali sehat dan ingat kembali bahwa makanan itu tidak saja harus halal tapi harus juga thoyib. Membatasi juga dianjurkan karena Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.

Inshaallah, melalui penyakit ini, Allah ingatkan aku untuk menjaga sehat sebelum sakit. Makanlah dengan makanan yang halal lagi baik. Semoga bisa melepaskan bayang-bayang kantong darah yang melambai-lambai saat tubuh lemah, pucat, tak berdaya.

wisataliterasi/hadiyatitriono

0Shares

Tinggalkan Balasan